HAI, HAVE A NICE DAY :)

                  Kereta api, rumah makan, cafe, mall, taman, dan ruang lingkup publik lainnya adalah tempat yang seharusnya dapat...

Indonesia, Mengapa Curiga?

       






          Kereta api, rumah makan, cafe, mall, taman, dan ruang lingkup publik lainnya adalah tempat yang seharusnya dapat menambah teman berbicara kita. Bahasan ringan hingga berat sangat menyenangkan untuk dibahas bersama orang baru dari otak dan pemikirannya. Hal ini sangat membantu menambah sudut pandang kita akan suatu hal, karena jalur kehidupan tiap orang tentulah berbeda, membuat pemikirannya pun berbeda. Misalnya, Togar yang lahir dari keluarga yang dididik keras di keluarga Militer, tidak pernah mengenyam bangku perkuliahan, memiliki perawakan yang besar sehingga disegani banyak orang, mudah bergaul, tentunya memiliki isi otak dan pengalaman yang berbeda dari Joko, hidup dan tumbuh di Pesantren, memiliki segudang prestasi akademik, pemalu, sulit bergaul, memiliki perawakan yang biasa biasa saja. Menyebutkan empat perbedaan dari keduanya saja sudah dapat membuat banyak bahasan yang menarik untuk dibicarakan oleh mereka. Namun, faktanya, bertatap mata pun rasanya enggan, kenapa?

          Kita lahir di sebuah tempat yang memproklamasikan dirinya sebagai INDONESIA. Bukan hal yang mudah menyatukan isi otak dari tiap tokoh dari sabang-merauke hingga meleburkan diri menjadi satu bangsa. Seiring berjalan waktu perbedaan itu membuat kita kuat dan disegani dahulu kala diawal kemerdekaan. Sekarang? Togar membunuh Joko karena alasan perbedaan sudah kerap menjadi bacaan berita pagi pak Jokowi sambil meminum kopinya di istana. Tak spesial, tak mengejutkan, tak membuat heboh, tak menjadi berita utama, berita ini basi, dimana mana sudah terjadi, dan bodohnya kita memakluminya. Lebih bodohnya, beberapa penguasa menggunakan perbedaan itu untuk memenangkan kubunya karena jumlahnya yang lebih banyak. Saling hujat, saling hina, saling serang, saling cemooh, saling tidak percaya, menyebabkan SALING CURIGA. Ya curiga, curiga Togarlah yang mencuriga kendaraan di parkiran pesantren, curiga Jokolah dalang dari aksi pembakaran gereja, dan kecurigaan lainnya yang bisa pembaca nikmati di kabar berita belakangan ini. Anda, mau memakluminya? saya tidak.

          Kecurigaan kita tidak beralasan, ketidakberalasan tersebut dimanfaatkan beberapa orang bodoh sehingga menjadi beralasan. Tidak sedikit oknum yang tidak damai hatinya dengan kondisi Indonesia yang damai, kedamaian tersebut tidak membuat tidurnya nyenyak. Entah apa alasannya, tapi satu tujuannya, jangan muncul rasa damai. Kalau anda ingin menjadikan Suku & Agama menjadi alasan, bukankah anda juga bodoh? kenapa anda benci keragaman yang Tuhan ciptakan, oh saya lupa bertanya, anda berTuhan, kan? Tuhan tidak bodoh membuat keragaman yang saling membunuh untuk menunjukkan yang satu lebih hebat dari yang lain, Tuhan tidak bodoh membuat keragaman yang saling menghina dan menghujat, Tuhan tidak bodoh membuat keragaman jika hanya satu ragam saja yang dianggapnya mulia. Tapi, Tuhan cukup pintar membuat keragaman yang saling membangun, kita bisa membuktikan kepintaran tersebut dengan merubah Indonesia, yang sekarang ini mencoba membuktikan Tuhan itu bodoh.

          Tak heran negaraku ini susah maju ke depan, maju sedikit, tertabrak sesuatu karena pandangannya terus melihat ke kiri dan kanan, ke arah saudara sebangsanya ! Lalu meringis penuh kebencian. Ketika bangsa lain yang bahkan masih satu daratan (Malaysia) sudah melihat kemungkinan adanya kehidupan di bumi planet lain, bangsa kita masih melihat kemungkinan adanya kematian saudaranya di bumi pertiwi. Mari bersama mematahkan kemungkinan tersebut, merdeka!


0 komentar: