HAI, HAVE A NICE DAY :)

They say home is where the heart is but my heart is wild and free So am I homeless Or just heartless ? Did I start this? Did it star...




They say home is where the heart is
but my heart is wild and free So am I homeless Or just heartless? Did I start this? Did it start me? They say fear is for the brave For cowards never stare it in the eye So am I fearless to be fearful Does it take courage to learn how to cry So many winding roads So many miles to go and oh.. Oh they say love is for the loving Without love maybe nothing is real So am I loveless or do I just love less Oh since love left I have nothing left to fear So many winding roads So many miles to go When I start feeling sick of it all It helps to remember I’m a brick in a wall who runs down from the hillside to the sea when I start feeling that it’s gone too far I lie on my back and stare up at the stars I wonder if they’re staring back at me oh when I start feeling sick of it all It helps to remember I’m a brick in a wall who runs down from the hillside to the sea when I start feeling that it’s gone too far I lie on my back and stare up at the stars I wonder if they’re staring back at me

                  Kereta api, rumah makan, cafe, mall, taman, dan ruang lingkup publik lainnya adalah tempat yang seharusnya dapat...

       






          Kereta api, rumah makan, cafe, mall, taman, dan ruang lingkup publik lainnya adalah tempat yang seharusnya dapat menambah teman berbicara kita. Bahasan ringan hingga berat sangat menyenangkan untuk dibahas bersama orang baru dari otak dan pemikirannya. Hal ini sangat membantu menambah sudut pandang kita akan suatu hal, karena jalur kehidupan tiap orang tentulah berbeda, membuat pemikirannya pun berbeda. Misalnya, Togar yang lahir dari keluarga yang dididik keras di keluarga Militer, tidak pernah mengenyam bangku perkuliahan, memiliki perawakan yang besar sehingga disegani banyak orang, mudah bergaul, tentunya memiliki isi otak dan pengalaman yang berbeda dari Joko, hidup dan tumbuh di Pesantren, memiliki segudang prestasi akademik, pemalu, sulit bergaul, memiliki perawakan yang biasa biasa saja. Menyebutkan empat perbedaan dari keduanya saja sudah dapat membuat banyak bahasan yang menarik untuk dibicarakan oleh mereka. Namun, faktanya, bertatap mata pun rasanya enggan, kenapa?

          Kita lahir di sebuah tempat yang memproklamasikan dirinya sebagai INDONESIA. Bukan hal yang mudah menyatukan isi otak dari tiap tokoh dari sabang-merauke hingga meleburkan diri menjadi satu bangsa. Seiring berjalan waktu perbedaan itu membuat kita kuat dan disegani dahulu kala diawal kemerdekaan. Sekarang? Togar membunuh Joko karena alasan perbedaan sudah kerap menjadi bacaan berita pagi pak Jokowi sambil meminum kopinya di istana. Tak spesial, tak mengejutkan, tak membuat heboh, tak menjadi berita utama, berita ini basi, dimana mana sudah terjadi, dan bodohnya kita memakluminya. Lebih bodohnya, beberapa penguasa menggunakan perbedaan itu untuk memenangkan kubunya karena jumlahnya yang lebih banyak. Saling hujat, saling hina, saling serang, saling cemooh, saling tidak percaya, menyebabkan SALING CURIGA. Ya curiga, curiga Togarlah yang mencuriga kendaraan di parkiran pesantren, curiga Jokolah dalang dari aksi pembakaran gereja, dan kecurigaan lainnya yang bisa pembaca nikmati di kabar berita belakangan ini. Anda, mau memakluminya? saya tidak.

          Kecurigaan kita tidak beralasan, ketidakberalasan tersebut dimanfaatkan beberapa orang bodoh sehingga menjadi beralasan. Tidak sedikit oknum yang tidak damai hatinya dengan kondisi Indonesia yang damai, kedamaian tersebut tidak membuat tidurnya nyenyak. Entah apa alasannya, tapi satu tujuannya, jangan muncul rasa damai. Kalau anda ingin menjadikan Suku & Agama menjadi alasan, bukankah anda juga bodoh? kenapa anda benci keragaman yang Tuhan ciptakan, oh saya lupa bertanya, anda berTuhan, kan? Tuhan tidak bodoh membuat keragaman yang saling membunuh untuk menunjukkan yang satu lebih hebat dari yang lain, Tuhan tidak bodoh membuat keragaman yang saling menghina dan menghujat, Tuhan tidak bodoh membuat keragaman jika hanya satu ragam saja yang dianggapnya mulia. Tapi, Tuhan cukup pintar membuat keragaman yang saling membangun, kita bisa membuktikan kepintaran tersebut dengan merubah Indonesia, yang sekarang ini mencoba membuktikan Tuhan itu bodoh.

          Tak heran negaraku ini susah maju ke depan, maju sedikit, tertabrak sesuatu karena pandangannya terus melihat ke kiri dan kanan, ke arah saudara sebangsanya ! Lalu meringis penuh kebencian. Ketika bangsa lain yang bahkan masih satu daratan (Malaysia) sudah melihat kemungkinan adanya kehidupan di bumi planet lain, bangsa kita masih melihat kemungkinan adanya kematian saudaranya di bumi pertiwi. Mari bersama mematahkan kemungkinan tersebut, merdeka!


                            Berat ringannya beban status yang melekat pada tiap orang, entah pekerjaan atau pemaksaan, lalu menghar...

                





          Berat ringannya beban status yang melekat pada tiap orang, entah pekerjaan atau pemaksaan, lalu mengharuskan seseorang untuk bangun di waktu waktu tertentu, mandi di waktu tertentu, makan di waktu tertentu, bersosialisasi dan menyendiri di waktu tertentu, kemudian hanyut dalam hal yang sama berhari, minggu, bulan dan tahun. Lantas, sudahkah itu menjawab pertanyaan dasar manusia yang sama sudah ditanyakan berabad jauh sebelum nafas yang kita hirup sekarang ini?

          Apa tujuan hidup? Pada umumnya orang di sekitar akan tertawa mendengar pertanyaan yang jarang muncul untuk obrolan ringan sehari hari ini, lalu malah berbalik bertanya alasan kita bertanya. Banyak sekali jawaban akan muncul, tergantung subjektivitas penerimanya. Jika ke orang yang kental agamanya, ayat ayat Kitab Suci menjadi andalan mereka untuk menangkis apa saja yang berkaitan dengan kehidupan. Lalu apa persamaan diantara semua Agama sebagai penjelas isi Kitab Suci tersebut? Pengakuan atas sosok Tuhan/Allah/Dewa yang berkuasa atas penciptaan dan penghakiman (kiamat). Lucunya, jika Anda lahir di India, besar kemungkinan anda pemeluk Hindu, jika Eropa, mungkin Katolik atau Protestan(?), jika di Timur Tengah, mungkin Islam (?), jika China, mungkin Buddha (?). Hal perbedaan keyakinan ini sudah berabad abad dilalui umat manusia. Tibalah kita di abad ke-20, zaman modern "katanya". Mungkin hampir setengah lebih dari penduduk dunia sudah merasakan nikmatnya kehadiran Internet.

          Kita sudah disatukan dengan Internet, tidak ada lagi batasan berkomunikasi, memperoleh informasi serta menyebarkannya. Kenapa belum ada kesepakatan untuk satu keyakinan akan Agama? Kalau saya bertanya satu abad yang lalu, mungkin perang masih menjadi alasan hal ini tidak menjadi perhatian utama manusia untuk diperdebatkan. Namun saat ini, ketika perdamaian dijunjung tinggi, HAM diakui dan ditegakkan, penyetaraan pria dan wanita, apakah salah manusia bersatu untuk satu keyakinan akan sosok Tuhannya? Hal ini tanpa memporakporandakan perbedaan, silahkan kenakan suku dan kebudayaan anda, fokusnya hanya pemersatuan sosok Tuhan. Atau, mungkinkah Tuhan hadir dalam setiap agama meski cara penyembahan, nama, ritual, kitab suci, ajarannya berbeda beda? Rasanya tidak..

Atau.. Tuhan itu tidak ada ? 
Rasanya mungkin..tapi tidak nyaman di telinga..



           Gambar diatas menunjukkan salah satu Channel Youtube "The Atheist Voice" https://www.youtube.com/user/TheAtheistVoice. Pemikiran dan penjelasannya kedengaran masuk akal dan nyaman di telinga. Namun rasanya kurang tenang di hati mendengar pria ini menghina keberadaan Tuhan yang selama ini kita yakini. Semua argumennya berdasarkan fakta dunia, tanpa dibumbui kehadiran rohani. Fakta tersebut terkadang membuat Believers (orang percaya) terlihat bodoh dengan buku tua berisi ayat ayat yang dianggapnya suci. Namun satu hal yang saya yakini, kehadiran Agama telah banyak menolong orang orang yang kehilangan arah dan harapan karena problematika kehidupan. Agama memberikan harapan dengan identitas Tuhan/Allah/Dewa sebagai sosok penolong. Dan jikalau pun pada akhirnya Agama hanya omong kosong, saya lebih baik dibesarkan dengan omong kosong yang mengajarkan berbuat kebaikan kepada sesama.